Selasa, 24 Desember 2013

Transportasi Sepeda: Mengatasi Masalah Jadi “Woow” dan Menyehatkan

Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan oleh kendaraan lain yang menggunakan mesin, namun sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.

    Hari sudah petang, jam menunjukan 17.30. Dulloh beserta rekan-rekannya telah usai menunaikan tugasnya sebagai karyawan Al-Zaytun. Kini gilirannya rehat dan melepas kerinduan, bercengkrama dengan anak-istrinya di rumah. Dengan kendaraan pribadinya ia pun pulang. Sepeda ontel, itulah kendaraannya yang sering disebutkan dengan istilah sepeda saja.

Sepeda, sarana transportasi bergantung pada kayuhan otot kaki ini menjadi barang sangat penting di Al-Zaytun. Bahkan, merupakan kebutuhan vital. Rasanya baik itu karyawan, guru, dan eksponen tak ada yang tidak memiliki kereta angin. Jumlahnya mencapai ribuan. Karena sepedalah yang menjadi sarana utama civitas Al-Zaytun berkendara kemana-mana di dalam kampus Al-Zaytun. Jumlah sepeda hampir separuh dengan jumlah penghuni Al-Zaytun yang mencapai lebih dari sepuluh ribu orang. 

Setiap pagi dan sore iring-iringan ratusan orang menggunakan sepeda dapat dilihat  di Al-Zaytun. Mereka adalah karyawan Al-Zaytun. Konvoy menuju tempat tugas setelah melaksanakan apel doa pagi yang menjadi rutinitasnya, begitupun pada sore hari. Selepas melaksanakan apel do’a penutup pada sore hari, mereka berarak menuju peristirahatannnya dengan bersepeda.

Sejarah Sepeda
Menurut Ensiklopedia Columbia, sepeda diperkirakan berasal dari Perancis yaitu asal kata  velocipede. Sejak abad ke-18 penduduk disana mengenal kendaraan roda dua yang disebut velocipede tersebut. Namun kala itu konstruksinya belum mengenal besi masih dalam bentuk yang sangat sederhana atau bisa dibilang primitif.

Tahun 1839, pedal sepeda dari besi mulai dibuat oleh Kirkpatrick MacMillan asal Skotlandia. Kemudian makin sempurna lagi setelah Pierre Lallement (1865) asal Perancis memperkuat roda pelek (velg) dari besi. Namun model roda belum sama, roda depan lebih besar dibanding roda belakang. Disamping itu para penggunanya pun belum merasa nyaman karena masih ada guncangan ketika menaikinya, sehingga menimbulkan sakit pada pinggang. Orang pun enggan menggunakannya.

Pemikiran manusia terus berkembang sehingga kekurangan tersebut terus disempunakan. Sehingga pada tahun 1880-an sepeda roda dua ini mulai dilirik peminatnya dengan didirikannya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris oleh James Starley. Sepeda pabrikan James Starley makin diminati karena tak lagi menimbulkan sakit pinggang ketika digunakan. Semua karena John Dunlop (1888) menemukan teknologi ban angin sebagai pelengkap roda sepeda. Sehingga penggunanya merasa nyaman ketika mengendarai sepeda.

Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi. Amerika dan Eropa bisa dibilang sebagai pionir penggunaan sepeda. Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan oleh kendaraan lain yang menggunakan mesin, namun sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik. Sehingga munculah efen-efen khusus sepeda, seperti perlombaan balap sepeda, komunitas sepeda, dll.

Negara-negara Dengan Fasilitas Bersepeda
Sepeda merupakan kendaraan ramah lingkungan yang menjadi alternative untuk mengurangi pencemaran udara. Bahkan belakangan banyak dikampanyekan penggunaannya untuk mengurangi emisi karbon yang disebabkan kendaraan bermotor. Selain itu bersepeda juga dapat meningkatkan kesehatan.

Menurut Aleysius H. Gondosari dari analisa energi lima elemen, naik sepeda dapat menyehatkan empat elemen, yaitu elemen udara, api, air, dan bumi. Pada elemen udara, jantung dan paru-paru akan bertambah sehat. Pada elemen api, hati, arteri, dan vena akan bertambah sehat. Pada elemen air, darah, ginjal, pankreas, dan otot juga akan bertambah sehat. Pada elemen bumi, tangan, kaki, dan tulang juga akan bertambah sehat.

Dari fakta itulah yang kini disadari oleh masyarakat di kota-kota metropolitan  negara maju. Mereka kini mulai mengurangi penggunanan kendaraan bermotor dan mulai beralih naik sepeda. Tercatat beberapa negara yang memposisikan bersepeda sebagai gaya hidup penduduknya.

1. Belanda
Belanda dengan kota Amsterdam, sampai saat ini masih memegang sebutan ibu kota sepeda di Eropa (bahkan terbaik di dunia). Empat puluh persen jalanannya dipenuhi hilir mudik sepeda. Kota ini berhasil memposisikan diri sebagai sahabat pesepeda dengan mempromosikan kehidupan lebih sehat dan gaya hidup lebih aktif bagi penduduknya. Pengembangan jaringan jalur sepeda dibuat meluas, lebih aman, cepat, nyaman, serta memberi road safety bagi pesepeda. Program pencegahan pencurian sepeda juga dirancang sebanding dengan meningkatnya populasi sepeda. Amsterdam juga membuat 10 ribu parkir sepeda di stasiun kereta.

2. Denmark
Seluruh warga Denmark umumnya memiliki minimal sebuah sepeda, dan Copenhagen beberapa tahun belakangan turut dikenal sebagai kota sepeda. Kota ini menduduki urutan enam dalam peringkat kota dengan kualitas hidup terbaik di dunia. Hal ini karena berhasil mempromosikan sepeda sebagai kendaraan bagi penduduknya. Tiga puluh dua persen pekerja di kota ini menggunakan sepeda untuk ke kantor. Mereka beralasan dengan memakai sepeda perjalanan lebih cepat dan mudah.

Jalur sepeda di buat di beberapa tempat dan dapat dipakai dengan baik. Jalur ini kerap terpisah dari jalan raya utama serta memiliki lampu lalu-lintas tersendiri. Bahkan di Christiania, lalu-lintasnya benar-benar terbebas dari mobil.

Pihak kota juga menyediakan penyewaan sepeda untuk umum dengan membayar deposit 20 kroner. Uang deposit itu dikembalikan ke penyewa, jika sepeda telah dikembalikan ke salah satu rak penyewaan sepeda.

 3. Amerika Serikat
Negri Pamansyam dengan kota Portland-nya memiliki jalur sepeda yang menghubungkan seluruh pelosok kota. Dengan pasilitas tersebut, Portland memiliki budaya bersepeda cukup kental. Jaringan jalur sepeda makin bertambah dari 60 menjadi 260 mil sejak tahun 1990an. Jumlah pesepeda turut meningkat dalam periode yang sama, tanpa ikut menambah insiden kecelakaan.

Selain itu masih ada kota Boulder, Colorado dengan mempromosikan program bersepeda aman. Program ini disebut Boulder Safe Routes to School dan Boulder Bike to Work Day.  Boulder Safe Routes to School untuk memberi rasa aman dan nyaman bagi anak-anak untuk memakai sepeda berangkat dan pulang sekolah, sedangkan Boulder Bike to Work Day untuk kalangan umum.

Ada juga San Francisco, California, yang merupakan kota kedua berpenduduk terbesar di AS. Di kota ini sistem transportasi sepeda menjadi andalan utama. Kota ini secara konsisten menempati urutan teratas dari survey majalah Bicycling untuk penggunaan sepeda. Terdapat 40 ribu penduduk San Fransisco bersepeda menuju tempat kerja dengan jalur sepeda sepanjang 63 mil. Dan kini seluruh tranportasi umum dilengkapi alat pembawa sepeda.

4. Norwegia
Pada tahun 1990, pemerintah Norwegia membuat pilot project selama 4 tahun untuk mengurangi penggunaan mobil. Sandnes terpilih menjadi salah satu dari dua kota yang ikut proyek tersebut. Tujuan utama proyek ini membuat sebuah kota yang bersahabat bagi pesepeda, dan menggalakkan penggunaan sepeda. Kini, Sandnes telah disulap menjadi kota di Norwegia dengan fasilitas terbaik bagi pesepeda.

Ada pula kota Trondheim. Kota ini menciptakan fasiltas pertama di dunia untuk pengguna sepeda yang disebut Bicycle Lift (Trampe). Lift tersebut juga menjadi daya tarik utama wisata bagi kota Trondheims. Tujuan pembangunana lift ini yakni mengantarkan pesepeda mendaki tanjakan tanpa perlu turun dari sepeda. Mengingat topografi kota Trondheim yang berada di lereng gunung, fasilitas tersebut cukup membantu bagi pesepeda. Dikota ini juga disediakan penyewaan sepeda untuk umum yang dikelola pemerintah kota. Sekitar 18% penduduknya menggunakan sepeda untuk bekerja maupun ke sekolah.

5. Jerman
Negara Panser dengan kota Berlin-nya telah memiliki 80 kilometer jalur khusus sepeda yang terhampar di jalan utama. Terdapat 400 ribu pesepeda setiap hari. Disediakan pilihan jalur bersepeda secara on line. Berlin mempunyai bikelane hampir setara jarak antara Jakarta-Surabaya. Jalur khusus tersebut juga saling berhubungan dengan sistem transpfortasi publik lainnya, seperti bus, setasiun kereta, dll. Sudah barang tentu di tempat-tempat tersebut disediakan tempat parkir khusus sepeda yang aman. Sehingga penduduk yang akan bepergian kekantor, ke tempat kerja atau sekedar keliling kota mempunyai banyak pilihan. 

6. Barcelona, Spanyol
Pada 22 Maret 2007, Barcelona City Council memulai layanan Bicing. Layanan fasilitas penyewaan sepeda ini sebagai transportasi untuk umum. Penyewa terlebih dahulu mendaftar untuk memperoleh kartu sebagai identitas sewa. Mereka berhak meminjam sepeda di 100 pos yang tersebar di penjuru kota Barcelona. Penyewa diperbolehkan bersepeda dalam kota dan mengembalikan di pos berikutnya. Barcelona juga membuat 'green ring' yang mengelilingi area metropolitan dengan jalur sepeda. Terdapat 3.250 tempat parkir di seputar kota. 

Itulah beberapa kota di negara Eropa dan Amerika dengan berbagai penyedia fasilitas bersepeda. Sementara Asia diwakili oleh Cina dengan kota Shang Hai, yang pemandangannya hampir sama dengan kota-kota di Erofa atau Amerika dalam hal persepedaan. Walaupun telah menjelma jadi salah satu kota metropolitan terpadat, namun penduduk Shang Hai masih banyak yang bersepeda untuk pergi dan pulang bekerja.

Selain Cina dengan kota Shang Hai-nya, ada pula Tokyo, Jepang. Di kota ini bahkan dibangun tempat parkir khusus sepeda yang dapat menampung 9.400 sepeda. Tempat parkir tersebut dibangun di bawah tanah dengan teknologi canggih. Seluruh aktifitas penggunaannya dilakukan oleh robot. Pemilik sepeda cukup meletakkan sepeda di depan pintu kemudian lift akan terbuka untuk mengambil sepeda dan meletakkannya di gudang bawah tanah.

Bagaimana dengan Indonesia? Belakangan masalah transportasi di Indonesia makin komplek. Apalagi Jakarta sebagai ibukota negara yang sangat padat lalu-lintasnya. Sang Gubernur, Joko Widodo, yang digadang-gadang dapat memberi solusi pun masih pusing mengatasinya. Mungkin sepeda bisa menjadi alternatif untuk mengurangi masalah tersebut. Setidaknya dengan sepeda bisa mengurangi folusi yang juga bermasalah. Bahkan dapat mengurangi penggunaan BBM yang belakangan juga bermasalah dan selalu jadi sorotan.

Apakah bisa Indonesia menyediakan fasilitas yang nyaman dan aman untuk pengguna sepeda? Semua tergantung kebijakan pemimpinya. Ditunggu saja kiprah para pemimpin negri ini, termasuk Jokowi yang sedang berjuang menata kota metropolitan Jakarta agar jadi kota yang bebas macet. Mungkin Jokowi akan jadi Joko”Woow” jika sukses. 

Rasna S Putra (berbagai sumber)