Selasa, 08 Januari 2019

Filosofi Masjid Rahmatan Lil Alamin di Al-Zaytun Indramayu


Pernah mendengar nama Masjid Rahmatan Lil Alamin? Atau bahkan kalian pernah mengunjunginya? Mungkin anda sudah mendapat penjelasan tentang masjid tersebut tapi kurang menyimak. Disini Griya-Pena akan menjelaskan gambaran Masjid Rahmatan Lil Alamin tersebut.


Rahmatan Lil Alamin, sebuah kalimat yang tidak asing bagi ummat muslim. Bahkan bagi non muslim juga sudah tidak asing karena sering mendengnya. Rahmatan Lil Alamin, artinya rahmat bagi seluruh alam.

Kalimat rahmatan lil alamin didalam ajaran Islam merupakan misi Tuhan yang ditugaskan melalui Rasulnya, Muhammad SAW. Sebagaimana bunyi surat Al-Anbiya ayat 107:

وَمَـا ارْسَـلْنَـكَ اِلاَّ رَحْمَةً لِلْـعَـلـَمِـيْنَ

“Dan Kami tidak mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiyya: 107)

Nama itu yang kemudian dijadikan nama sebuah masjid yang berada di Komplek Kampus Al-Zaytun, Sandrem, Gantar, Indramayu, Indonesia. Masjid Rahmatan Lil Alamin!

Sesuai nama yang disandangnya, perwujudan arsitektur bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin tentu harus merefleksikan nama agung tersebut. Pemikiran ide besar Grand Arsitec, Syaykh Dr. AS. Panji Gumilang pun dicurahkan. Ia menggali dari hasil riset terhadap arsitektur-arsitektur dunia.

Estetika arsitektur Masjid Rahmatan Lil Alamin  merupakan perpaduan nilai-nilai tradisional dan kontemporer yang di gagas Grand Arsitec Syaykh Dr. AS. Rasyidi Panji Gumilang. Gagasan-gagasan terseburt kemudian dituangkan dalam sebuah rancangan arsitektur yang dipimpin Dr. Ir. Bambang Triyoga. Perpaduan tersebut menghadirkan sebuah maha karya yang agung.

Nilai-nilai tradisional yang ditempatkan pada bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin digali dari nilai-nilai estetika yang abadi dan telah diakui oleh masyarakat dunia. Tradisional monumental dihadirkan dalam bentuk kubah-kubah dan lengkungan masjid. Ada Kubah Turki Usmani, Kubah Fatimiyah, dan lain sebagainya. Lengkungnya pun  demikian, ada lengkung Al Hambra, Cordoba, Fatimiyah, dan lain sebagainya.

Penelitian dilakukan dengan melihat bangunan-bangunan monumental yang ada di dunia. Dari penelitian tersebut prinsip-prinsip tradisional disintesiskan dan diwujudkan dalam bentuk estetika arsitektur bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin secara utuh. Semua elemen estetika itu dipadukan dalam sebuah kesatuan yang harmonis.

Nilai-nilai kontemporer diwujudkan dengan masjid secara vertikal. Karena membangun masjid secara vertikal, bahkan hingga tujuh lantai merupakan paradigma baru. Paradigma membangun masjid pada umumnya secara horizontal atau hanya satu hingga dua lantai untuk shalat saja. Sedangkan masjid Rahmatan Lil Alamin terdiri dari 7 lantai.

Karena kevertikalan-nya, dibutuhkan alat-alat pendukung yang kontemporer untuk memudahkan jamaah mencapai tempat teratas. Untuk keperluan itu direncanakan enam eskalator (tangga jalan) dan dua lift berada di bangunan utama, dan dua lift di masjid yang diberi nama ‘Menara Pemuda dan Perdamaian’.

Konsep bangunan Rahmatan Lil Alamin juga penuh dengan nilai-nilai filosofi agung. Konsep Rahmatan Lil ‘Alamiin diwujudkan dalam bentuk delapan penjuru mata angin. Mulai dari tapak yang persegi delapan, bentuk fisik bangunan yang juga segi delapan dan jumlah kubah kecil yang mengitari kubah besar yang juga berjumlah delapan. Kesemuanya melambangkan delapan penjuru mata angin.

Bentuk segi delapan bangunan Masjid jika dilihat dari sisi manapun baik Utara, Selatan, Barat, Timur, Barat Laut, Barat Daya, Timur Laut, Tenggara, akan seperti tampak depan keseluruhannya. Tidak akan terlihat belakang ataupun sudut seperti bangunan yang dibuat dengan persegi empat.

Filosofi agung lainnya terdapat pada kubah besar yang merupakan simbolisasi risalah Rasul, yang didukung empat buah kubah berbentuk seperempat bola yang merupakan simbolisasi dari khulafa al-rasyidin. Delapan kubuh kecil simbol dari ajaran Rasul yang disebarkan ke seluruh dunia.

Bentuk vertikal bisa dilihat dari bangunan Rahmatan yang menjulang tujuh lantai dan Menara Pemuda dan Perdamaian yang tingginya 201 m. Bentuk verticalism merupakan filosofi dari habluminallah, hubungan antara Allah dan hambanya. Bahwa manusia sebagai hamba Allah merasa kecil di hadapan yang maha tinggi.

Sedangkan bangunan dan halaman Rahmatan Lil Alamin yang sangat luas bagaikan sebuah sebuah garis horizontal yang lebar. Horisontalism merupakan simbolisasi dari habluminannas. Hubungan sesama sebagai mahkluk sosial tanpa membedaka suku, golongan dan agama.

Masjid Rahmatan Lil Alamin merupakan perpaduan dan sinergitas antara hubungan manusia dengan sang Kholiq dan hubungan sesama manusia tanpa ada sekat. Habluminallah wa habluminannas!

Horizontalism dan vertikalism bangunan utama Rahmatan Lil Alamin juga menghadirkan filosofi lainnya. Ketinggian Rahmatan yang tujuh lantai merupakan perlambang tujuh lapis langit yang Tuhan ciptakan.

Sedangkan luasan bangunan utamanya sendiri dengan ukuran 99 X 99 merupakan filosofi Asmaul Husna. Luasan tersebut belum termasuk pendukung, seperti halaman, taman dan lain sebagainya.

Ketinggian Menara Pemuda dan Perdamaian yang 201 meter merupakan filosofi nama-nama sebutan nabi Muhammad SAW. Sayyiduna Muhammad SAW, Sayyidina Ahmad SAW, asayyidina Yaasiin SAW, dan seterusnya.

Karena dirancang sebagai monumen yang monumental yang bernilai abadi dengan filosofi dan nilai-nilai estetika monumental yang menggabungkan dari beberapa bangunan yang monumental di dunia, bangunannya pun harus mampu bertahan untuk jangka waktu ribuan tahun. Maka mulai pondasi sampai finishing bangunannya dipersiapkan dengan bahan-bahan yang mempunyai ketahanan lama.

Material granit dan gold plat dipilih sebagai material finising Masjid Rahmatan. Granit untuk dinding dan lantai, baik interior maupun eksterior bangunan.  gold plat sebagai pelapis kubah, baik kubah utama, kubah-kubah kecil, serta kubah yang ada dipuncak menara Masjid Rahmatan Lil Alamin.

Untuk menambah estetika yang indah, disebelah utara Masjid Rahmatan Lil Alamin kini ditambah Taman Puspa Kencana (taman bunga emas) dan Danau Tirta Kencana (danau air emas). Danau dengan lebar 125 meter dan memanjang ke utara sepanjang 1000 meter. Ditengah danau sebelah ujung utara ada Delta Mas Kumambang (pulau emas yang mengapung).

Masjid Rahmatan Lil Alamin akan menjadi monumen yang monumental dengan estetika yang mengandung filosofi yang agung. Masjin ini juga akan benjadi sebuah monumen peradaban milenium III.

Penulis: Rasna S Putra