Pernah mendengar nama Masjid Rahmatan Lil Alamin?
Atau bahkan kalian pernah mengunjunginya? Mungkin anda sudah mendapat
penjelasan tentang masjid tersebut tapi kurang menyimak. Disini Griya-Pena akan
menjelaskan gambaran Masjid Rahmatan Lil Alamin tersebut.
Rahmatan Lil Alamin, sebuah kalimat yang tidak asing
bagi ummat muslim. Bahkan bagi non muslim juga sudah tidak asing karena sering
mendengnya. Rahmatan Lil Alamin, artinya rahmat bagi seluruh alam.
Kalimat rahmatan
lil alamin didalam ajaran Islam merupakan misi Tuhan yang ditugaskan melalui
Rasulnya, Muhammad SAW. Sebagaimana bunyi surat Al-Anbiya ayat 107:
وَمَـا ارْسَـلْنَـكَ
اِلاَّ رَحْمَةً لِلْـعَـلـَمِـيْنَ
“Dan Kami tidak mengutusmu (wahai Muhammad)
melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiyya: 107)
Nama itu yang kemudian dijadikan nama sebuah masjid
yang berada di Komplek Kampus Al-Zaytun, Sandrem, Gantar, Indramayu, Indonesia.
Masjid Rahmatan Lil Alamin!
Sesuai nama yang disandangnya, perwujudan arsitektur
bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin tentu harus merefleksikan nama agung
tersebut. Pemikiran ide besar Grand Arsitec, Syaykh Dr. AS. Panji Gumilang pun
dicurahkan. Ia menggali dari hasil riset terhadap arsitektur-arsitektur dunia.
Estetika arsitektur Masjid Rahmatan Lil Alamin merupakan perpaduan nilai-nilai tradisional
dan kontemporer yang di gagas Grand Arsitec Syaykh Dr. AS. Rasyidi Panji
Gumilang. Gagasan-gagasan terseburt kemudian dituangkan dalam sebuah rancangan
arsitektur yang dipimpin Dr. Ir. Bambang Triyoga. Perpaduan tersebut
menghadirkan sebuah maha karya yang agung.
Nilai-nilai tradisional yang ditempatkan pada
bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin digali dari nilai-nilai estetika yang abadi
dan telah diakui oleh masyarakat dunia. Tradisional monumental dihadirkan dalam
bentuk kubah-kubah dan lengkungan masjid. Ada Kubah Turki Usmani, Kubah
Fatimiyah, dan lain sebagainya. Lengkungnya pun
demikian, ada lengkung Al Hambra, Cordoba, Fatimiyah, dan lain
sebagainya.
Penelitian dilakukan dengan melihat
bangunan-bangunan monumental yang ada di dunia. Dari penelitian tersebut
prinsip-prinsip tradisional disintesiskan dan diwujudkan dalam bentuk estetika
arsitektur bangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin secara utuh. Semua elemen
estetika itu dipadukan dalam sebuah kesatuan yang harmonis.
Nilai-nilai kontemporer diwujudkan dengan masjid
secara vertikal. Karena membangun masjid secara vertikal, bahkan hingga tujuh
lantai merupakan paradigma baru. Paradigma membangun masjid pada umumnya secara
horizontal atau hanya satu hingga dua lantai untuk shalat saja. Sedangkan
masjid Rahmatan Lil Alamin terdiri dari 7 lantai.
Karena kevertikalan-nya, dibutuhkan alat-alat pendukung
yang kontemporer untuk memudahkan jamaah mencapai tempat teratas. Untuk
keperluan itu direncanakan enam eskalator
(tangga jalan) dan dua lift berada di
bangunan utama, dan dua lift di masjid
yang diberi nama ‘Menara Pemuda dan Perdamaian’.
Konsep bangunan Rahmatan Lil Alamin juga penuh
dengan nilai-nilai filosofi agung. Konsep Rahmatan Lil ‘Alamiin diwujudkan
dalam bentuk delapan penjuru mata angin. Mulai dari tapak yang persegi delapan,
bentuk fisik bangunan yang juga segi delapan dan jumlah kubah kecil yang
mengitari kubah besar yang juga berjumlah delapan. Kesemuanya melambangkan
delapan penjuru mata angin.
Bentuk segi delapan bangunan Masjid jika dilihat
dari sisi manapun baik Utara, Selatan, Barat, Timur, Barat Laut, Barat Daya,
Timur Laut, Tenggara, akan seperti tampak depan keseluruhannya. Tidak akan
terlihat belakang ataupun sudut seperti bangunan yang dibuat dengan persegi
empat.
Filosofi agung lainnya terdapat pada kubah besar yang
merupakan simbolisasi risalah Rasul, yang didukung empat buah kubah berbentuk
seperempat bola yang merupakan simbolisasi dari khulafa al-rasyidin. Delapan
kubuh kecil simbol dari ajaran Rasul yang disebarkan ke seluruh dunia.
Bentuk vertikal bisa dilihat dari bangunan Rahmatan
yang menjulang tujuh lantai dan Menara Pemuda dan Perdamaian yang tingginya 201
m. Bentuk verticalism merupakan filosofi
dari habluminallah, hubungan antara
Allah dan hambanya. Bahwa manusia sebagai
hamba Allah merasa kecil di hadapan yang maha tinggi.
Sedangkan bangunan dan halaman Rahmatan Lil Alamin yang
sangat luas bagaikan sebuah sebuah garis horizontal yang lebar. Horisontalism
merupakan simbolisasi dari habluminannas.
Hubungan sesama sebagai mahkluk sosial tanpa membedaka suku, golongan dan
agama.
Masjid Rahmatan Lil Alamin merupakan perpaduan dan
sinergitas antara hubungan manusia dengan sang Kholiq dan hubungan sesama
manusia tanpa ada sekat. Habluminallah wa
habluminannas!
Horizontalism
dan vertikalism bangunan utama
Rahmatan Lil Alamin juga menghadirkan filosofi lainnya. Ketinggian Rahmatan
yang tujuh lantai merupakan perlambang tujuh lapis langit yang Tuhan ciptakan.
Sedangkan luasan bangunan utamanya sendiri dengan
ukuran 99 X 99 merupakan filosofi Asmaul Husna. Luasan tersebut belum termasuk
pendukung, seperti halaman, taman dan lain sebagainya.
Ketinggian Menara Pemuda dan Perdamaian yang 201
meter merupakan filosofi nama-nama sebutan nabi Muhammad SAW. Sayyiduna
Muhammad SAW, Sayyidina Ahmad SAW, asayyidina Yaasiin SAW, dan seterusnya.
Karena dirancang sebagai monumen yang monumental
yang bernilai abadi dengan filosofi dan nilai-nilai estetika monumental yang menggabungkan
dari beberapa bangunan yang monumental di dunia, bangunannya pun harus mampu
bertahan untuk jangka waktu ribuan tahun. Maka mulai pondasi sampai finishing bangunannya dipersiapkan
dengan bahan-bahan yang mempunyai ketahanan lama.
Material granit dan gold plat dipilih sebagai
material finising Masjid Rahmatan. Granit
untuk dinding dan lantai, baik interior maupun eksterior bangunan. gold plat sebagai pelapis kubah, baik
kubah utama, kubah-kubah kecil, serta kubah yang ada dipuncak menara Masjid
Rahmatan Lil Alamin.
Untuk menambah estetika yang indah, disebelah utara
Masjid Rahmatan Lil Alamin kini ditambah Taman Puspa Kencana (taman bunga emas)
dan Danau Tirta Kencana (danau air emas). Danau dengan lebar 125 meter dan
memanjang ke utara sepanjang 1000 meter. Ditengah danau sebelah ujung utara ada
Delta Mas Kumambang (pulau emas yang mengapung).
Masjid Rahmatan
Lil Alamin akan menjadi monumen yang monumental dengan estetika yang mengandung
filosofi yang agung. Masjin ini juga akan benjadi sebuah monumen peradaban
milenium III.