Rabu, 15 Mei 2019

Mengubah Lahan Kuburan Menjadi Ladang Amal Ibadah



Pada bagian sebelumnya, Griya-Pena sudah menceritakan sejarah awal berdirinya Masjid Al-Ikhlas, di Desa Haurkolor, Haurgeulis, Indramayu. Namun, belum diungkap darimana lahan tempat berdirinya tersebut. Bagaimana sejarahnya?

Disini Griya-Pena akan menceritakan sejarah lokasi tempat Masjid Al-Ikhlas berada. Mungkin masyarakat Haurkolot sendiri belum banyak mengetahuinya.


Konon, lokasi tersebut dahulu adalah merupakan tempat pemakaman. Sekitar tahun 1980-an, masyarakat memindahkan makam-makam yang ada ke tempat lain di daerah Wadukan.

Setelah makam-makam dipindahkan, lokasi tersebut dijadikan lapangan olahraga. Anak-anak muda, bahkan orang tua masyarakat Haurkolot menjadikan tempat tersebut untuk bermain bola dan volli.

Di dilokasi tersebut juga terdapat pohon besar, yang oleh masayarakat disebut pohon Kiara, atau pohon beringin. Jenis pohon ini memiliki cabang yang banyak dan daun yang rindang.

Masyarakat Haurkolot dan sekitarnya ada yang masih percaya pada hal-hal mistis. Mereka yang masih percaya akan mengadakan ritual pada saat mereka punya hajat tertentu, misalnya ketika akan memulai panen padi di sawah. Mereka mengadakan proses sesaji kalau mau mengadakan panen padi dan lain-lain.

Lokasi pohon beringin tersebutlah salah satu tempat yang dijadikan tempat menaruh sesaji-sesaji tersebut. Mereka berkeyakinan bahwa pohon kiara atau pohon beringin memunyai kekuatan gaib.

“Kami sepakati menggunakan tempat ini, sekaligus menghilangkan kemusyrikan,” kata Ustadz Aris, salah satu pengurus Masjid Al-Ikhlas, Haurkolot.

Dari proses sejarah asal-muasal tempat, awal-awal pembangunan Masjid Al-Ikhlas, Haurkolot, penuh pro dan kontra. Ada yang setuju ada juga yang tidak setuju, lokasi yang tadinya merupakan tanah kuburan tersebut dijadikan tempat pembangunan masjid. Bahkan ada yang mengatakan, bahwa sholat di Masjid Haurkolot (Masjid Al-Ikhlas) tidak sah, karena sholat diatas kuburan.

Namun para pengurus masjid dan tokoh masyarakat yang pro tidak menyerah. Mereka mengadakan pendekatan kepada masyarakat dan memberikan pemahaman.

Akhirnya, lambat laun masayarakat menerima keberadaan Masjid Al-Ikhlas. Bahkan bisa dikatakan, saat ini menjadi ikon Desa Haurkolot, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.